Senin, 18 Oktober 2010

MATA KULIAH TAFSIR

MATA KULIAH
TAFSIR 1
Dosen
Dr. H. Ali Akhmadi MA


III. Tujuan:

Mahasiswa mampu memahami surah al Fatihah, an-nur, langkah-langkah syetan, hukum riba, pernikahan dengan beda agama, amar ma’ruf nahi munkar. Semuanya diharapkan mampu menghadirkan komitmen dengan rambu-rambu al qur an dan as sunnah.

IV. Materi

1. Tafsir surah Al Fatihah
a. keutamaan surah al fatihah
b. tafsir surah al fatihah
c. kedudukan basmalah dalam surah
d. hukum membaca basmalah dalam shalat
e. hukum membaca surah al fatihah dalam shalat
f. hukum membaca al fatihah bagi makmum
g. pelajaraa-pelajara dari suah al fatihah

2. Langkah-langkah syetan dalam menyesatkan manusia (2/208)
a. makna syetan
b. tafsir 2/208
c. korelasi antara perintah totalitas dalam berislam dengan larangan mengikuti langkah syeta
d. langkah-langkah syetan
e. pelajaran-pelajaran

3. Tipikal masyarakat shhhaleh dalam al-qur an (49/1-13)
a. tafsir surah al hujuraat ayatc1-13
b. karasteristic masyarakat shaleh
c. pelajaran pelajaran

4. Konsep ihsan dan amar ma’ruf nahi munkar (16/90)
a. tafsir ayat ini
b. makna ihsan
c. makna amar makruf nahi munkar
d. ugensinya
e. bahaya meningglkannya
f. pelajaran

5. Toleransi dalam al qur an (al kafirun)
a. tafsir surah ini
b. sabab an nuzul
c. makna toleransi
d. perbedaan antara toleransi dan partisipasi
e. pelajaran dakwah dari surah al kafirun

6. Pernikahan dengan beda agama (2/221)
a. tafsir ayat ini
b. sebab an nuzul
c. hokum pernikahan dengan pasangan beda agama
d. hikmah yang di ambil

7. Riba dalam al qur an (2/275-281)
a. tafsir ayat-ayat ini
b. tahapan ayat-ayat riba
c. jenis-jenis riba
d. pelajaran yang dapat di ambil

8. Tafsir surah an nur (ayat 1-31)
a. hukuman bagi pelaku zina
b. sangsi terhadap penuduh zina
c. cerita bohong (hadist al ifk)
d. aurat laki dan perempuan

9. Seputar pernikahan rasulullah (AL-Ahzab;50)
a. tafsir ayat ini
b. wanita yang boleh di nikahi rasul
c. kenapa dibolehkan (rahasiaanya)
d. pelajaran yang dapat di ambil

Maraji’
1- Tafsir Ibnu Katsir
2- Tafsir Ahkam as-Shabuni
3- Tafsir Qurtubi
4- Fi dzilzl al-Qur an
5- Tafsir Munir Wahbah Zuhaili
6- Tafsir Kabir ar-Razi
 
TAFSIR SURAT Al FÂTIHAH

Oleh Dosen.DR.Ali Ahmadi
Ada beberapa poin penting yang akan mengisi pembahasan ini, di antaranya:

a. Ayat (1-7)
b. Nama-nama surat Al-Fâtihah
c. Keutamaan surat al-fâtihah
d. Tafsir sura al-fâtihah
e. Kedudukan basmalah dalam surat
f. Hukum membaca basmalah dalam shalat
g. Hukum membaca surat al-fâtihah dalam shalat
h. Hukum membaca al-fâtihah bagi makmum
i. Helajaraa-pelajara dari surat al-fâtihah

A. ayat surah al-Fâtihah.
Surat al-Fâtihah terdiri dari tujuh ayât yaitu:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

B. Nama-nama surat :
a. Al-fâtihah (pembuka)
b. As-sab’ul matsâni (tujuh ayat yang di ulang-ulang)
c. Ummu al-qur’an (induk al-qur’qn)
d. Ummu al-kitab (induk al-kitab)
e. Al-qur’an al-‘adzîm (al-qur’an yang agung)
f. As-shalâh (shalat)
g. Al-asâs (pondasi)
h. A l-wâfiyah (sempurna)
i. Al-kâfiyah (cukup)
j. As-syâfiyah (obat)
k. Ar-Ruqyah (mantera)


C. Keutamaan surat al-Fâtihah
Dari sa’îd al-Ma’ly berkata: saya melakukan shalat di sat Rasul memanggilku, setelah saya menyelesaikannya, saya datang kepada Rasul lalu beliau bertanya kepadaku, bukankah Allah berfirman yang artinya ”Penuhilah panggilan Allah dan RasulNya apabila memanggil kalian..”. saya sedang shalat Rasul, lalu beliau berkata ”Akan aku ajarkan kepadamu satu surat yang paling mulia dalam al-qur’an, yaitu alhamdu lillah r
abbil ‘âlamîn, ia adalah al-qur’ân yang mulia dan as-sab’u al-mastânΔ

D. Tafsir surat al-fâtihah

- Surat ini tergolong surat yang diturunkan di Makkah (Makkiyyah), yang berisikan pokok-pokok ajaran, seperti akidah, ibadah, nama-nama Allah yang agung (asma al husna), tugas pokok manusia, golongan manusia dan sejarahnya.
- [بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ] saya mulai membaca al-qur’an dengan menyebut nama Allah. Kata [اللَّه] sebutan mulia di antara nama-nama yang bagus (asmâ al-husnâ). Sebutan tersebut mengandung banyak rahasia dan keberkahan. [الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ] adalah dua kata yang menunjukkan kondisi puncak kasih saying yang merupakan sifat Allah. Biasanya di bedakan dengan terbatas dan tidaknya obyek yang mendapat kasih sayang, kata yang pertama menunjukkan kasih saying Allah meliputi semua makhlukNya tanpa ada pengecualian, hal ini terjadi di dunia karena di dunia ini meskipun ada makhluk yang berbuat dosa tapi karena kasih sayang ini, maka ia tetap makhlukNya yang berhak mendapat kasih sayangNya. Sedang kata yang kedua adalah puncak kasih sayang khusus, artinya diberikan kepada kelompok makhluk tertentu dan bukan yang lainnya, hal ini terjadi di akhirat karena di akhirat hanya ada dua tempat yaitu di surga atau di neraka, maka kasih sayang di akhirat hanya untuk yang berada di surge saja.

- [الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ] Segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam. Kata Robb menunjukkan arti pencipta, pemberi rizki, pelindung dan pemilik, dengan kesempurnaan inilah maka Allah memiliki segala pujian, karena makhluk bersifat serba kurang maka tidak boleh mengharapkan pujian.

- [الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ] Tuhan yang maha pengasih di dunia dan maha pengasih di akhirat, juga berarti kasih sayangNya meliputi semua masa.

- [مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ] yang memiliki hari pembalasan. Kata mâliki juga di baca pendek maliki yang berarti raja atau penguasa, setiap penguasa adalah pemilik segala yang dikuasai. Sedang kata yaum ad-dîn juga berarti hari kiamat yang semua makhluk Allah akan mendapatkan balasan amal mereka.

- [إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ] hanya kepadaMu (Allah) kami beribadah dan hanya kepadaMu (Allah) kami mohon pertolongan. Dalam ayat ini ada suatu rahasi di mana mendahulukan obyek iyyâka atas subyek dan predikatnya menunjukkan suatu yang istimewa yaitu penghambaan dan permohonan yang merupakan inti tauhîd tidak boleh di berikan kepada selainAllah.

- [اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ] Tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Kata ihdinâ yang merupakan kata permohonan hidayah (do’a) mencakup semua ragam hidayah, seperti hidayah fitrah, instink, akal arahan Nabi melalui wahyu, hidayah agama dan hidayah bimbingan hati. Sedang kata shirât menggunakan huruf shad atau sirât menggunakan huruf sin mempunyai arti jalan. Jalan ini di jelaskan dengan kata al-mustaqîm yang berarti lurus, jalan lurus bisa berarti jalan Islam atau jaln al-qur’an dan jalan Muhammad SAW.

- [صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ] Jalan mereka orang-orang yang Engkau beri ni’mat dan bukan jalan mereka yang engkau murkai dan sesat. Ayat pesisinya menjadi penjelas dari ayat sebelumnya. Dalam ayat ini menyebutkan dua kelompok manusia yaitu kelompok yang mendapat ni’mat dan di mendapat pujian dan kelompok lain yang mendapat murka dan sesat. Ketika di telusuri di ayat lain dalam al-qur’an, kita mendapatkan ayat : “Mereka yang mendapat ni’mat adalah golongan para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shâlihin, mereka adalah teman yang baik” sedang yang mendapat murka dan sesat kita dapatkan kata yang menunujuk kelompok ahli kitab dan orang yang melampaui batas, meskipun tetap boleh dalam arti umumnya yaitu siapa saja yang berhak mendapat murka dengan kesalahan apapun.

E. Kedudukan basmalah dalam surah

Basmalah بسم الله الرحمن الرحيم )) merupakan ayat pertama dari surat al-fâtihah seperti yang ada dalam mushaf, hal ini berbeda dari surat-surat yang lain dalam al-qur’ân yang mana basmalah meskipun ada pada permulaan setiap surat kecuali surat al-Barôah, namun tidak termasuk dari setiap surat tersebut. Hal ini menimbulkan implikasi hukum, khususnya terkait dengan bacaan di saat shalat. Namun pemberian nomor pada basmalah dalam surat ini dan tidak pada surat yang lain dengan angka satu (1) menunjukkan adanya pendapat lain. Ketika ditelusuri dalam literatur tafsir dijumpai ada beberapa pendapat tentang kedudukan basmalah dalam al-qur’an, ringkasnya basmalah merupakan ayat dari al-fâtihah dan setiap surat kecuali barôah, ini pendapat imam as-Syafi’I, kedua basmalah hanya salah satu ayat dari surat an-Naml, ini pendapat imam Malik, yang lain lagi basmalah diturunkan untuk berkah dan mengetahui akhir dan permulaan surat, ini pendapat imam Abu Hanifah .

F. Hukum membaca basmalah dalam shalat

Karena salah satu pendapat bahwa kedudukan basmalah merupakan ayat dari al-fâtihah, maka implikasi hukumnya adalah adanya pendapat keharusan membaca basmalah dalam shalat, minimal adanya pendapat yang kuat untuk membacanya dalam shalat. Akan tetapi bukan berarti tidak ada pendapat yang lain, keragaman pendapat dalam hal ini sama dengan pendapat tentang kedudukan basmalah dalam al-fâtiha dan awal setiap surat. Ada yang harus membacanya dan harus di keraskan (jahr) suaranya seperti al-fâtihah, ada yang di sesuaikan dengan alfâtihah jika di baca keras, maka harus keras dan jika pelan maka harus pelan juga, dan ada juga yang tidak boleh membaca sama sekali .

G. Hukum membaca surat al-fâtihah dalam shalat

Al-fâtihah adalah yang paling di kenal dan di hafal oleh umumnya masyarakat diantara surat-surat dalam al-qur’an, karena itu ia termasuk surat yang mudah, pendek dan juga karena adanya anjuran untuk membacanya dalam shalat “Tidak sah atau tidak sempurna shalat seseorang jika tidak membaca di al-fâtihah”, maka dalam pemahaman ini membaca al-fâtihah dalam shalat hukumnya wajib termasuk rukun shalat.

H. Hukum membaca al-fâtihah bagi makmum

Sedang bagi makmum hukum membaca al-fâtihah dalam shalat ada beberapa pendapat:
a- Wajib membaca dengan dalil hadis di atas yang artinya “Tidak sah atau sempurna shalat seseorang jika tidak membaca al-fâtihah”
b- Tidak wajib membaca dasarnya hadis “Bacaan imam adalah bacaan makmum”
c- Di bedakan antara shalat yang bacaan al-fatihah dan suratnya di keraskan (shalat jahriyyah), maka pada shlat jenis ini makmum tidak perlu membaca al-fatihah, jika jenis shalat yang bacaan keduanya di pelankan (sirriyyah) maka makmum di anjurkan membaca al-fâtihah.

I. Pelajaraa-pelajara dari suah al fatihah

Ada beberapa pelajaran yang dapat di ambil, di antaranya:
- Memulai segala sesuatu pekerjaan baik dengn membaca basmalah.
- Segala puji milik Allah, tidak pantas seorang hamba minta atau mencari pujian jika berbuat sesuatu.
- Ibadah adalah tugas diciptakan makhluk, dan hanya di tujukan kepada Allah
- Etikanya, jika seseorang mempunyai kebutuhan kepada orang lain memulai bicaranya atau komunikasinya dengan baiak dan santun.
- Pentingnya membuat grop atau sirkel (teman bergaul dan melingkar) yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar